Bangun Cinta
Karya : @ryu_ritsu
Senin, 15 September 2014
Jatuh
cinta pada pandangan pertama. Dan ini adalah rasa cinta pertamaku pada
laki-laki.
Entah
mengapa. Padahal aku tidak berharap bisa merasakan hal ini di tempat seperti
ini. Saat ini aku sedang berada di terminal untuk menunggu adikku yang sedang
dalam perjalanan pulang dari Surabaya. Dan ketika aku hendak membeli minum
untuk menghilangkan dahaga, aku bertemu laki-laki itu.
Bagaimana
bisa semudah ini aku jatuh cinta?
Dia
biasa saja. Tidak parlente, pun tidak terlalu berantakan. Dia sederhana dengan
kemeja lengan pendek bergaris dan celana hitam yang tidak isbal. Ia menggendong
sebuah ransel hitam besar, seperti akan melakukan perjalanan jauh. Siapa dia?
Dan
apa yang membuat aku jatuh cinta padanya?
Beberapa
menit lalu dia menghampiriku malu-malu. Wajahnya sedikit tertunduk sambil terus
menatap kertas yang digenggamnya. Lalu ia membuka suara sebelum aku mulai
kebingungan.
“Assalamu’alaikum.
Mbak, maaf, saya mau tanya. Bus ke Surabaya berangkat jam berapa ya? Saya
lupa.”
Aku
terdiam lima detik, lalu segera menjawab, “Maaf, Mas. Saya kurang tahu, soalnya
saya hanya sedang menunggu adik saya dari Surabaya.”
Dia
mengangkat wajahnya sambil tersipu, lalu menggaruk-garuk kepalanya.
“Oh,
maaf ya Mbak. Terima kasih. Wassalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum
salam.” Lalu dia pergi.
Begitu
singkat. Namun membekas. Ya Allah, aku tahu ini tidak baik. Tapi bagaimana
harus ku hadapi rasa yang tiba-tiba muncul ini? Aku seakan terjerat dalam cinta
pandangan pertama.
Oke,
ku rasa cukup. Aku tahu ini wajar. Tapi jika diteruskan ini akan menjadi racun
dalam hati. Sekarang aku cukup berdo’a saja.
Jika
lelaki itu memang takdirku, aku tak ingin jatuh cinta. Namun aku ingin bangun
cinta.
*
* *
Siapa
dia?
Sungguh
aneh jika rasa itu tiba-tiba datang setelah aku menanyakan jadwal keberangkatan
bus. Ya, aku tahu bahwa cinta bisa datang kapan saja. Tapi, di terminal? Dengan
wanita yang bahkan aku tidak tahu siapa dia?
Allahua’lam. Allah bisa lakukan apa saja
yang Dia mau. Yang Dia Kehendaki. Bahkan sesuatu yang tidak pernah kita duga.
Namun aku tak pernah menyangka kalau aku ditakdirkan untuk merasakannya
sekarang.
Semudah
inikah aku merasa cinta?
Saat
aku kebingungan dan lupa dengan jadwal keberangkatan bus yang harus kutumpangi,
tiba-tiba saja hati ini memintaku untuk bertanya pada wanita berjilbab hitam
yang tengah membeli minum di sebuah toko. Aku tak pernah ada maksud apapun
selain ingin bertanya saat menghampirinya.
Sambil
mengumpulkan keberanian, aku mencoba bertanya pada wanita yang mulai
kebingungan itu. Dan suara ini seperti mau habis saat tak sengaja melihat
wajahnya dalam jarak yang cukup jauh. Aku segera menunduk sambil menatap kertas
yang ku genggam sedari tadi.
“Assalamu’alaikum.
Mbak, maaf, saya mau tanya. Bus ke Surabaya berangkat jam berapa ya? Saya
lupa.”
Wanita
itu terdiam beberapa saat, lalu akhirnya menjawab,
“Maaf,
Mas. Saya kurang tahu, soalnya saya hanya sedang menunggu adik saya dari
Surabaya.”
Astaghfirullah. Seharusnya aku sadar
kalau dia bukan penumpang bus. Lihat saja, dia hanya membawa tas jinjing. Tak
ada bawaan besar di sekitarnya. Aku harus segera meminta maaf dan pergi, karena
aku sendiri takut kalau terus berlama-lama dengannya.
“Oh,
maaf ya Mbak. Terima kasih. Wassalamu’alaikum.” ucapku sambil menggaruk-garuk
kepala yang tentu saja tidak gatal. Lalu aku segera pergi dari hadapannya.
Samar-samar
aku mendengar balasan salamnya padaku.
Setelah
berhasil mengetahui jadwal keberangkatan bus ke Surabaya, aku segera duduk di
kursi tunggu. Wanita itu tak jauh dari tempatku duduk, dan dia masih menunggu.
Aku
tahu ini terlalu mendadak. Tapi aku yakin aku memang merasakan hal aneh dan
luar biasa di hati ini. Benar, aku jatuh cinta.
Kalau
memang Allah mempertemukan kami lagi, aku rasa aku tidak boleh terjebak terus
dalam lubang cinta. Tapi aku harus bangkit. Meminta Allah untuk meyakinkanku,
lalu bangun cinta yang halal.
*
* *
0 komentar:
Posting Komentar